Selasa, 12 Februari 2013

Valentine’s day dan ancaman liberalisasi budaya (part 1)

Nurus Sa'adah
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
Koordinator Forum Aktivis Kampus untuk Peradaban (FORKADA)
Surabaya


Aktivis dakwah kampus tentu mengetahui jelas hukum merayakan Valentine day yang jelas-jelas diharamkan karena tidak berasal dari Islam dan tasyabbuh bil kuffar (menyerupai kaum kafir). Dan banyak pula yang mengetahui bahwa valentine day kerap dirayakan dengan aktivitas seks bebas oleh generasi muda sebagai aktivitas ritual. Dan yang lebih mencengangkan lagi perilaku seks bebas tidak hanya marak saat valentine day maupun malam tahun baru saja, namun setiap saat!  
Kondisi gawat darurat yang mengancam generasi muda muslim dan negara ini khususnya harus segera disikapi untuk dihentikan. Tentu upaya penghentian ini tidak hanya berhenti pada langkah praktis namun juga langkah solutif yang sampai menyentuh akar masalah. Tulisan ini menyoroti kondisi genting upaya perusakan generasi muda (muslim) yang sangat sistematis, menelusuri akar masalah, dan solusi tuntas apa yang harusnya diambil oleh setiap aktivis dakwah.

Kehebohan dalam rangka "Hari Kasih Sayang" (Valentine’s Day) begitu terasa selama sepekan ini. Kehebohan itu sekarang bukan hanya melanda ABG, tetapi juga melanda orang-orang dewasa. Kehebohan itu menghiasai halaman-halaman media massa dari media cetak hingga televisi. Mall dan pusat perbelanjaan sampai toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu.
Kehebohan ini dibungkus dengan sebutan yang indah, "Hari Kasih Sayang", yang mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini sarat dengan kampanye seks bebas. Kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan yang dipesan dan didatangi oleh pasangan muda-mudi dan pria-wanita dewasa. Omset penjualan kondom yang melonjak juga menandakan bahwa kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini tidak jauh dari aktifitas seks bebas.  Seperti yang diungkapkan Jody (bukan nama sebenranya) salah satu pembeli kondom merk terkenal mengatakan alat kontrasepsi tersebut dipakai untuk pesta. “Kan malam valentine,” katanya. “Biar aman,” tambah pemuda yang termakan kampanye menyesatkan safe sex (seks aman, baca : berzina jadi lebih leluasa karena merasa aman dari kehamilan dan tertular HIV/AIDS). (al-wa’ie no.138 tahun XII februari 2012)

Kampanye Seks Bebas dan Budaya Liberal
"Hari Kasih Sayang" yang diperingati setiap bulan Februari hanyalah salah satu sarana sekaligus momentum kampenye seks bebas, khususnya di kalangan generasi muda. Bulan Desember lalu, Hari AIDS se-Dunia juga dijadikan momentum yang sama.
Kampanye sekaligus praktik seks bebas sebetulnya sudah lama berlangsung dan dilakukan secara luas. Hal itu bisa dilihat dari beberapa data hasil penelitian. Misalnya Survey yang dilakukan oleh yayasan afiliasi dari DKT Internasional yang berkantor di Washington, Amerika Serikat terhadap remaja dan kaum muda berusia 15-25 tahun di 5 kota besar di Indonesia yaitu jabodetabek, bandung, yogyarakrta, Surabaya dan bali menyebutkan bahwa 39% responden ABG usia 15-19 tahun pernah berhubungan seksual dan 61% lainnya berusia di antara 20-25 tahun. Selain itu pecandu pornografi pun semakin meningkat dan menyerang semua usia mulai anak-anak hingga dewasa. Riset Yaysan Kita dan Buah Hati (2010) menemukan sebanyak 83,7% anak SD kelas IV dan V sudah kecanduan pornografi yang memang sangat mudah di dapat dari komputer, internet, telepon seluler, video game, acara-acara sinetron dan infotainment di televisi yang banyak berisi pendidikan pacaran dan perzinaan, dan lain-lain. padahal jelas bahwa dampak film porno sangat adiktif dan mengganggu tumbuh kembang anak. Dampak berikutnya dari maraknya seks bebas adalah meningkatnya jumlah kasus kehamilan di luar nikah yang memicu masalah lain yaitu aborsi. Dan sangat mencengangkan data yang dimiliki oleh Komisi Perlindungan Anak (KPA) tahun 2011 menyebutkan bahwa 62,6% aborsi dilakukan oleh anak di bawah umur 18 tahun.
Tak heran jika pada faktanya seks bebas kita didapati sangat marak dilakukan remaja bahkan siswa SD di berbagai kota di berbagai penjuru negeri ini. Masih kita ingat berita tentang ABG yang setiap hari melakukan free sex dengan pasangannya di kamar mandi dan hanya berhenti ketika mengalami menstruasi, siswa SMP di Yogyakarta yang pesta seks di ruang kelas dan di tempat lain sekelompok siswa SD melakukannya dengan sesama jenis. Tak ayal, inilah potret generasi penerus negeri. Lebih banyak diisi dengan perzinahan, pelacuran, kehamilan di luar pernikahan, aborsi, adiksi video porno, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS!
Perilaku seks bebas yang marak itu dipengaruhi oleh budaya liberal. Muncul dan menyebarnya budaya liberal di Tanah Air bukanlah proses yang berlangsung alami, tetapi merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang dijalankan secara sistematis dan terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak jauh-jauh dari rekayasa Barat. Budaya liberal atau budaya bebas itu bukanlah berasal dari ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini. Budaya itu lebih merupakan budaya Barat yang mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan (baca: dipaksakan) ke tengah-tengah masyarakat negeri ini. Jadi berkembangnya budaya liberal di Tanah Air itu tidak lepas dari konspirasi Barat.

Liberalisasi Budaya dan Motif Penjajahan
Fakta yang sangat memiriskan ini tentu harus segera dihentikan, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa ini. dan aktivis dakwah kampus sebagai salah satu elemen masyarakat sebagai bagian dari kaum intelektual tentu tidak akan menyelesaikan permasalahan secara pragmatis. Melakukan langkah riil yang bisa dilakukan saat ini untuk mencegah derasnya arus liberalisasi budaya sembari tidak melupakan akar masalahnya untuk segera dicabut sehingga dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Butuh penganalisaan mendalam untuk menemukan akar masalah yang dilandasi dengan kacamata keimanan sebagai seorang muslim.
 Konspirasi liberalisasi budaya oleh Barat terhadap negeri Muslim tidak lepas dari motif penjajahan. Dengan liberalisasi budaya itu masyarakat di negeri-negeri Muslim, termasuk masyarakat negeri ini, akan kehilangan identitas lalu memakai baju Barat atau bahkan mengekor identitas Barat tanpa lagi mempertimbangkan halal atau haram. Barat hanya menginginkan masyarakat, khususnya generasi muda, berpenampilan Barat, tetapi kosong dari produktivitas, daya inovasi dan kemajuan sains dan teknologi seperti halnya Barat. Dengan begitu masyarakat negeri ini hanya akan menjadi pengekor Barat. Akhirnya, penjajahan dan penghisapan oleh Barat pun tidak akan dipermasalahkan karena Barat dijadikan panutan. Dengan mengadopsi gaya hidup Barat, masyarakat negeri ini pun akan menjadi pasar besar bagi produk-produk Barat.
Konspirasi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun benar-benar nyata adanya. Secara i’tiqadi, al-Quran telah menginformasikan bahwa orang-orang kafir secara keseluruhan akan terus memerangi umat islam, baik secara fisik maupun pemikiran, agar umat Islam keluar dari Islam (QS 2: 217). Al-Quran juga mengformasikan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada umat ini hingga umat ini mengikuti millah (sistem dan cara hidup) mereka (QS 2: 120).
Secara faktual konspirasi liberalisasi budaya itu bisa dirasakan. Konspirasi itu setidaknya dijalankan melalui: Pertama, pada tingkat falsafah dan pemikiran dilakukan dengan menanamkan paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme. Sejatinya budaya bebas itu berpangkal dari ketiga paham tersebut. Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan. Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual saja. Sekularisme ‘mengharamkan’ agama ikut andil dalam mengatur kehidupan. Sekularisme mengajaran bahwa manusia bebas mengatur hidupnya tanpa campur tangan Tuhan.
Inilah inti dari paham liberalisme, yakni paham yang menanamkan keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham liberalisme ini mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama maupun dalam kepemilikan.
Adapun paham hedonisme mengajarkan manusia untuk mengejar kenikmatan materi dan jasadi serta melakukan apa saja yang bisa mendatangkan kenikmatan itu, termasuk kesenangan yang lahir dari hubungan seks. Paham ini tercermin dalam slogan fun (kesenangan), food (makanan/pesta) dan fashion (busana). Dengan paham ini manusia didorong untuk mengejar kenikmatan dengan jalan bersenang-senang, termasuk di dalamnya bersenang-senang dengan melakukan seks bebas, berpesta demi mendapatkan kenikmatan dari lezatnya makanan dan bisa merasa senang dengan jalan selalu tampil gaya dan modis. Paham hedonisme itu mengajarkan, agar manusia bisa mendapatkan kenikmatan itu, manusia harus dibebaskan untuk meraih dan mengeskpresikannya serta tidak boleh dikekang.
Kedua, liberalisasi budaya itu dikemas dalam berbagai program secara internasional yang dikawal oleh PBB dan lembaga-lembaga internasional yang selanjutnya semua itu dijalankan melalui serangkaian aksi dan program secara nasional baik oleh LSM-LSM maupun oleh pemerintah sendiri. Misal, program kampanye dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang sejatinya mengkampanyekan seks bebas asal aman (safe sex) dengan program kondomisasi; dan program harm reduction dalam bentuk substitusi dan pembagian jarum suntik steril; dan yang lainnya. Program-program itu dikemas dalam berbagai bentuk baik seminar, talkshow, pelatihan, pembentukan buzz group, konsultasi, pendampingan, dsb; menggunakan berbagai sarana; serta melibatkan mulai kalangan birokrat hingga remaja dan kampanye melalui berbagai media massa.
Adapun paham hedonisme ditanamkan melalui media massa cetak, radio dan televisi melalui program-program yang lebih bernuansa pesta, musik, fesyen dan hiburan. Dalam semua itu terlihat secara kasatmata bahwa banyak sekali program yang merupakan kopian dari program-program yang sama di Barat.
Dari kedua fakta ini sudah terlihat secara jelas dan gamblang bahwa upaya perusakan kaum muslimin ini benar-benar terjadi secara sistematis dan dikawal oleh sebuah kekuatan global, ideology kapitalisme yang berlandaskan pada akidah sekulerisme yang menafikkan peran sang khaliq dalam mengatur kehidupan.
 
Menyelamatkan Umat dari Liberalilasi Budaya
Liberalisasai budaya yang sudah berjalan secara luas itu telah banyak menelan korban; di antaranya puluhan ribu orang terkena HIV/AIDS, jutaan kehamilan diaborsi, jutaan pecandu narkoba, rusaknya keharmonisan jutaan keluarga, ribuan anak-anak terlantar, ekspolitasi perempuan, kejahatan seksual, dan sebagainya.
Budaya liberal itu hanyalah buah dari diterapkannya sistem sekular dengan sistem Kapitalismenya yang mengagungkan ide kebebasan (liberalisme). Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut ideologi dan sistem sekular seperti saat ini yang telah menumbuhkan budaya liberal dan nyata-nyata menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan dan kerusakan atas umat manusia.
Sebagai gantinya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyelamatkan umat serta mengembalikan menjadi umat luhur, sudah saatnya kita kembali pada tatanan kehidupan yang didasarkan pada syariah Islam. Sebab, hanya Islamlah dengan serangkaian sistemnya yang merupakan satu-satunya solusi bagi seluruh problem dan persoalan hidup manusia. Allah SWT berfirman: “Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maidah [5]: 50).
              Maka, bagi aktivis dakwah disamping melakukan langkah-langkah praktis untuk mengedukasi umat dengan mengadakan seminar-seminar parenting untuk membentuk ketahanan keluarga atau mendorong kaum muslimah untuk gemar menutup aurat, hendaknya pula melakukan tastqif (pembinaan) kepada umat dengan menyampaikan Islam secara utuh sebagai sebuah pandangan hidup yang tidak hanya mengatur ibadah ritual namun mencakup seluruh aspek kehidupan dan menawarkan solusi islam dalam memecahkan semua persoalan. Pemikiran harus dilawan dengan pemikiran pula. Pemikiran kufur yang sedang massif ditanamkan kepada kaum muslimin harus segera dicabut dan diganti dengan pemikiran islam yang sesuai fitrah manusia dan menentramkan hati.
                “jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf : 96)
                Lantas,  bagaimana  solusi  Islam  dalam  melibas  tuntas  budaya  seks  bebas  dan ancaman liberalisasi ini? bersambung… []

0 komentar:

Posting Komentar