Demokrasi dan Ilusi Kesejahteraan

Dwi Rahayu (Muslimah HTI Chapter Unair)

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 26 Februari 2013

Seruan Khilafah dari Bumi Syam "Satu Umat, Satu Bendera, Satu Negara"


gelombang kesadaran umat untuk tegaknya khilafah semakin membahan di seantero negeri di berbagai belahan dunia.
pemuda indonesia dimana peran Anda?
satu umat, satu bendera, satu negara. KHILAFAH

Minggu, 24 Februari 2013

WASPADAI PROSTITUSI ONLINE


Desi Maulia Sari
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Belum setahun seorang mucikari terkenal yang dijuluki Ratu Mucikari tertangkap di Jawa Timur, kali ini Bogor digemparkan dengan tertangkapnya seorang mucikari dengan modus prostitusi online. Mirisnya otak dari prostitusi online ini adalah seorang mahasiswa sebuah PTN. Tidak cukup sampai disitu, beberapa saat kemudian tertangkap pula seseorang yang memiliki modus yang sama dalam menjalankan prostitusinya di Bandung. Miris melihat kondisi Indonesia yang demikian. Apalagi jika di-compare-kan dengan posisi Indonesia sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sungguh sebuah fenomena yang sangat tidak masuk akal. Mengingat Islam melarang mendekati perbuatan zina, berbuat zina , apalagi menjadikannya sebagai matapencaharian.
                Jika ditinjau apa yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi hal ini? Pemerintah bukannya tidak berbuat apa-apa. Keberhasilan pemerintah dalam menangkap otak pelacuran online ini merupakan bukti bahwa pemerintahpun turut andil dalam menyelesaikan permasalahan ini. Namun pemerintah belum totalitas dalam memberantasnya. Buktinya masih ada prostitusi ‘legal’ terbesar di Asia Tenggara yang berada di Jawa Timur. Bahkan dilokalisasi. Meskipun baru-baru ini ada opini bahwa pemerintah daerah hendak menutupnya. Rupanya upaya tersebut kurang serius, terbukti dengan tidak berlanjutnya upaya tersebut. Keseriusan dari pemerintah dalam meberantas prostitusi di Indonesia juga masih patut dipertanyakan. Mengingat konsumen dari prostitusi ini bukan hanya kalangan masyarakat umum tapi juga kalangan pejabat. Sudah bukan rahasia lagi , tidak sedikit dari kalangan pejabat yang mendapatkan gratifikasi berupa pelacur. Masya Alloh…
Layaknya sebuah KLB (Kondisi Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue, maraknya prostitusi termasuk prostitusi online ini harusnya menjadi perhatian bersama. Karena  prostitusi online ini jelas membahayakan kita semua. Terutama membahayakan generasi kita. Dengan maraknya prostitusi online maka akan anak-anak untuk mengaksesnya. Apalagi dengan banyaknya warnet yang cenderung tidak mengontrol apa saja yang dibuka oleh siapa saja termasuk kalangan anak-anak. Selain itu teladan yang diberikan oleh orang dewasa dan juga para pejabatnya justru membuat mereka ingin meniru perbuatan mereka. Selain itu pemberitaan media serta tayangan-tayangan vulgar yang ada di media massa juga semakin mendorong mereka untuk mencoba menyalurkan hasrat libido mereka.
Melihat realitas ini, sudah selayaknya kita berusaha mencari akar masalah dari prostitusi yang semakin marak di negeri ini. Demokrasi, itulah yang menjadi penyebab dari permasalah ini. Mari kita kupas satu persatu. Pertama Sistem demokrasi dengan 4 kebebasan yang menjadi pilar penyangganya adalah faktor utama maraknya bisnis prostitusi. Kebebasan beragama, hal ini mendorong bagi masyarakat Indonesia untuk bebas melaksanakan ajaran agamanya atau tidak. Pemerintah dan pihak manapun tidak berhak memaksa seseorang untuk taat dalam menjalankan aturan agamanya. Kebebasan kepemilikan, setiap berhak memiliki apapun. Dalam hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi. Setiap individu berhak untuk medapatkan uang dari manapun termasuk dari prostitusi. Kebebasan individu, setiap orang memiliki hak sebagai individu untuk melakukan apapun termasuk ikut terjun dalam aktifitas prostitusi atau kalaupun tidak sampai prostitusi mereka berhak untuk berbuat seronok asal tidak sampai menunjukkan alat kelamin (manifestasi dari UU Pornoaksi dan Pornografi). Kebebasan berpendapat, setiap orang berhak untuk mengajukan pendapatnya termasuk ketika dia mendukung prostitusi. Inilah 4 pilar kebebasan yang dijamin sistem demokrasi yang menjadi pendorong kuat bagi terlaksananya bisnis prostitusi. Selain itu, adanya prinsip sekulerisme -sebagai asas demokrasi- yang memisahkan aturan Pencipta dari kehidupan juga turut menjadi penyebabnya. Manusia merasa sok mampu untuk mengatur dirinya dan orang lain sehingga dia mengabaikan dan meminggirkan aturan Penciptanya. Namun, apa yang kita lihat dengan adanya pemisahan ini menimbulkan berbagai kerusakan di negeri kita.
Islam melarang pemeluknya untuk memisahkan aturan Allah SWT dari kehidupannya. Dengan aturan Islam yang sempurna, Allah memerintahkan kaum muslimin untuk masuk ke dalam Islam secara menyeluruh. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 208 yang artinya:
“ Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,”
                Masuknya kaum muslimin ke dalam Islam secara menyeluruh ini termasuk dalam perkara prostitusi. Hendaknya kaum muslimin mencari solusi dari permasalahan ini dengan meninjau bagaimana Allah SWT memberikan pengaturan.dalam perkara prostitusi. Dalam Islam perzinahan termasuk dalam bentuk prostitusi termasuk dosa besar dan merupakan perbuatan keji. Ini seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Isra’ ayat 32 yang artinya:
                “ Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk “.
                Dilandasi ayat ini maka Islam juga memberikan seperangkat sistem yang mendukung dalam pelaksanaan ayat tersebut.  Yang pertama dari individu, maka Allah SWT memerintahkan individu untuk menjaga kemaluannya kecuali bagi yang dibenarkan oleh syariah yakni istri dan hamba sahaya mereka. Selain individu, lingkungan juga harus mendukung pelaksanaan hukum pelarangan zina ini dengan menunjukkan kepekaan dan melarang setiap orang baik yang tua maupun remaja yang melakukan aktivitas mendekati zina seperti pacaran, berdua-duaan, atau bahkan yang melakukan perzinahan.
Negarapun menjadi pihak utama yang mengatur pelarangan perzinahan dengan menghilangkan hal-hal yang mendorong terjadinya prostitusi seperti erotisme, pornografi dan pornoaksi. Di sisi lain Islam juga mewajibkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yakni pangan, sandang, papan juga kebutuhan mendasar masyarakat yakni kesehatan, pendidikan dan keamanan. Adapun bagi pelaku perzinahan Islam secara tegas memberikan sanksi yang mampu memberikan efek jera bagi pelakunya yakni 100 cambuk bagi pelaku yang belum menikah, dan dirajam sampai mati jika pelakunya sudah menikah. Tidak hanya itu, pelaksanaan hukuman ini dilakukan didepan kalayak ramai, sehingga bisa menimbulkan efek pencegahan bagi orang yang hendak melakukan. Namun pelaksanaan sanksi ini di sisi lain bisa menjadi penebus dosa bagi pelakunya. Sungguh pengaturan yang komplit dari Islam. Hal itu tidak akan kita dapatkan di sistem lain, apalagi di sistem Kapitalisme dengan 4 pilar kebebasannya. Karenanya mari kita semua kembali kepada aturan Pencipta manusia dan alam semesta secara total dengan menegakkan pemerintahan yang mendasarkan aturan-aturannya semata-mata dari hukum Allah saja. Dan semua itu hanya akan terlaksana dalam institusi Khilafah Islamiyah. Kawan-kawan aktivis, mari rapatkan barisan dan kita perjuangkan![]

Kamis, 14 Februari 2013

Bercermin Pada Kepahlawanan Shahabiyat


Najmah Saiidah
(Anggota Lajnah Tsaqofiyah, Anggota DPP Muslimah HTI)


Kita semua sudah mengenal nama-nama seperti Abubakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khoththob, Utsman bin ‘Affan, Saad bin Abi Waqosh, Muadz bin Jabal, Salman Al-Farisi dan sebagainya.  Mereka adalah para pahlawan muslim yang telah mengorbankan waktu, harta, jiwa dan raganya untuk menegakkan kalimat Allah dan RasulNya dan memperjuangkan Islam ke seluruh penjuru dunia.  Akan tetapi sebagian umat Islam kurang mengenal para`perempuan yang mereka juga hidup di masa Rasulullah (shahabiyat) yang telah mengorbankan waktu, harta, jiwa dan raganya untuk menegakkan kalimat  Allah dan RasulNya dan memiliki andil besar`dalam memperjuangkan Islam dan kaum muslimin.   Di antaranya Khadijah binti Khuwailid, Asma’ binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Sulaim, dan banyak lagi yang lainnya.
Dalam Islam, perempuan diposisikan sebagai perhiasan berharga yang wajib dijaga dan dipelihara. Ini tidak berarti mengekang perempuan dalam wilayah tertentu.  Islam memberi peran bagi perempuan dalam ranah domestik dan juga publik sekaligus.  Sehingga dimasa peradaban Islam tidaklah mengherankan jika kita mendapati banyak figur waita terbaik dan termulia sepanjang zaman. Mereka bersungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuan dalam menjunjung tinggi syiar Islam, membela agama Allah dengan ketulusan yang tidak diragukan, mencintai Allah dan Rasulullah dengan kecintaan yang mendalam –yang direfleksikan dengan ketaatan kepada risalah yang dibawanya–, bersabar dengan segala kesulitan hidupnya, patuh dan menghargai suami dengan kepatuhan dan penghormatan yang patut diteladani, mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan yang baik hingga melahirkan pahlawan-pahlawan sejati yang dijamin masuk syurga, merelakan buah hati mereka terbunuh sebagai syahid membela agamaNya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjun langsung dalam jihad fii sabilillaah demi meraih mardhatillah dan jannhaNya.
Sejarah telah mencatat bagaimana kaum perempuan pada masa Rasulullah saw (para shahabiyah) melakukan aktivitas politik dan perjuangan politik tanpa meninggalkan tugas utamanya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga.  Mereka berjuang bersama-sama Rasulullah saw dan shahabat lainnya tanpa memisahkan barisan mereka dari barisan Rasul dan shahabatnya.  Mereka bersama dengan para istri Rasul saw berada dalam perjuangan menegakkan Islam di muka bumi ini serta mendukung perjuangan beliau.
Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
Aisyah r.a adalah anak Abu Bakar dari pernikahannya dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaymir al Kinaniyah. Di rumah yang dinaungi dengan kebenaran, kejujuran dan keimanan inilah Aisyah dilahirkan, 7 tahun sebelum hijrah.  Aisyah diberi julukan Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq (perempuan yang sangat  jujur dari orang yang sangat jujur).  Terkumpul dalam dirinya ketinggian ilmu dan keutamaan, ia menjadi tempat bertanya para shahabat dan shahabiyat.  Ia juga merupakan perowi hadits yang handal, termasuk satu dari tujuh orang yang paling banyak meriwayatkan hadits, bahkan  menerima langsung dari Rasulullah saw.  Ia tidak pernah membiarkan orang yang salah dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits atau melanggar syariat.
Ummul Mukminin Aisyah menjadi teladan dalam kezuhudan, kemurahan hati dan kedermawanan.  Ia mencapai derajat zuhud yang tinggi karena lebih sering berpaling dari duniadan menghadap kepada Allah untuk melaksanakan ibadah.  Harta yang ada padanya, segera disalurkan untuk orang-orang miskin, di antara   gambaran kedermawanannya adalah ia pernah membagi-bagikan seratus ribu dirham hanya dlam satu hari sementara pada hari itu ia tengah berpuasa tanpa menyisakan satu dirham pun di rumahnya.  Dalam hal ibadah, tidak ada yang meragukannya, Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw.  Banyak mendirikan sholat Sunnah, terutama sholat malam, senantiasa berpuasa ad dahr (sehari puasa sehari tidak).
Tidak diragukan lagi bahwa Aisyah adalah seorang perempuan yang tangguh dalam berjihad. Ketika perang Uhud ia ikut mengangkut air di pundaknya bagi para mujahiddin.  Anas bin Malik meriwayatkan : “ Aku melihat Aisyah binti Abi Bakar dan Ummu Sulaim, keduanya menyingsingkan ujung pakainnya, keduanya mengangkut gerabah air di atas pundaknya lalu memberi minum orang-orang terluka.  Kemudian keduanya kembali memenuhi gerabah itu, lalu memberi minum mereka ( HR Muttafaq Alaih)  Demikian pula ketika perang khandak ‘Aisyah terjun langsung dalam perang tersebut bergabung dengan para shahabat.  Pada waktu itu ia maju mendekati front mujahiddin paling depan.
Aisyah telah memberikan teladan yang sangat banyak, ia merupakan cermin bagi para muslimah yang dari perjalanan hidupnya mereka dapat mengetahui bagaimana ia memiliki kepribadian yang kuat tanpa harus merendahkan diri, bagaimana ia menjaga kebagusan lahiriah tetapi penuh ketundukan dan kesederhanaan, bagaimana ia mendalami agama sehingga menjadi sumber argumentasi; bagaimana ia memahami hukum-hukum agama dan mempraktekkannya  dalam amalan-amalan nyata; bagaimana ia memberikan buah pikirnya dan materi yang dimilikinya untuk menegakkan agama Allah; bagaiamana ia menata kehidupan suami istrinya hingga dapat membangkitkan semangat suaminya yang dengan semangat ilmunya berupaya meraih kejayaan.
Asma binti Yazid bin As-Sakan
Dia adalah Asma binti Yazid bin As-Sakan bin Rafi’ bin Umru’ul Qais bin Abdul Asyhal bin Harits. Seorang wanita ahli hadits, mujahidah yang agung, cerdas, taat beragama, dan ahli pidato, sehingga ia digelari orator wanita. Sesuatu yang spesial dalam diri Asma adalah kehalusan perasaannya dan kehalusan budi bahasanya –sebagaimana remaja muslimah lainnya yang lahir dari madrasah  kenabian–, namun dalam satu hal, ia tidak malu untuk mengeluarkan . Dia adalah wanita  teguh pendirian dan pejuang yang gagah berani.  Dia adalah contoh wanita pelopor dalam berbagai bidang.  Asma datang dalam serombongan kaum  wanita  kepada Nabi untuk berbai’at pada tahun pertama Hijriyah, berjanji untuk taat kepada Islam.  Asma berbai’at kepada Nabi saw dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Dalam kita-kitab sirah (sejarah) disebutkan bahwa ketika mau melakukan bai’at, Asma memakai dua gelang emas yang besar di kedua tangannya, maka Nabi saw bersabda kepadanya:“Lemparkanlah kedua gelang itu, wahai Asma! Apakah engkau tidak takut jika engkau kelak memakaikan gelang dari api neraka kepadamu?” Tanpa membantah atau berbicara sedikit pun, dia langsung melaksanakan perintah Rasul saw. Kedua gelang itu dilepaskannya dan diletakkannya di hadapan Nabi saw.
Asma pernah diutus oleh kaum wanita untuk membicarakan masalah mereka kepada Rasul saw. Suatu ketika dia datang kepada Rasul saw dan berkata:”Wahai Rasul saw, aku adalah  utusan dari sekelompok wanita kepadamu. Apa yang akan kutanyakan sama dengan pertanyaan mereka dan pendapat mereka sama dengan pendapatku…..Sesungguhnya Allah ta’aala telah mengutusmu kepada seluruh kaum laki-laki dan kaum wanita, maka kami beriman dan mengikutimu. Akan tetapi, kami kaum wanita, terbatas gerak-geriknya. Kami hanyalah sebagai  tiang penyangga (pengurus) rumah tangga, tempat penyaluran syahwat para laki-laki, dan yang mengandung anak-anak mereka, sedang kaum laki-laki memperoleh keutamaan, dengan diperintahkannya melakukan shalat berjamaah, mengantar jenazah, dan berjihad di medan perang. Jika kaum laki-laki keluar untuk berperang, kamilah yang menjaga harta-harta mereka dan mengasuh anak-anak mereka. Oleh karena itu, apakah kami bisa mengimbangi pahala mereka, wahai Rasulullah?”
Mendengar pertanyaan seperti itu, Rasul saw lalu menoleh kepada para shahabat yang ada di dekatnya dan bertanya:”Pernahkah kalian mendengar pertanyaan wanita lain tentang urusan agamanya yang lebih baik daripada pertanyaan wanita ini?” Mereka menjawab:”Belum pernah, wahai Rasul saw.” Selanjutnya, beliau bersabda:”Kembalilah engkau, wahai Asma, dan beri tahukan kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa perlakuan baik salah seorang dari kalian kepada suaminya, usahanya mencari keridhaan suaminya, dan ketaatannya kepada suaminya, dapat menyamai pahala dari amal laki-laki yang engkau sebutkan tadi.” Asma pulang sambil bertahlil dan bertakbir karena saking gembiranya dengan apa yang disampaikan Rasul saw.
Hati Asma sebenarnya sangat ingin ikut serta untuk berjihad. Akan tetapi, keadaan waktu tidak memungkinkan dia menyampaikan tuntutan tersebut. Keinginannya untuk terjun ke medan jihad baru terwujud setelah Rasul saw wafat, yaitu ketika terjadi perang Yarmuk pada tahun ke-13 Hijriyyah. Dalam perang besar (Yarmuk) itu Asma binti Yazid bersama kaum mukminah lainnya berada di barisan belakang laki-laki. Semuanya berusaha mengerahkan segenap kekuatannya untuk mensuplai persenjataan pasukan laki-laki. Memberi minum kepada mereka, mengurus mereka yang terluka, dan mengobarkan semangat jihad mereka.  Ketika peperangan berkecamuk dengan begitu serunya, ia  berjuang sekuat tenaganya. Akan tetapi, dia tidak menemukan senjata apapun, selain tiang penyangga tendanya. Dengan bersenjatakan tiang itulah, dia menyusup ke tengah-tengah medan tempur dan menyerang musuh yang ada di kanan dan kirinya, sampai akhirnya dia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar,”Dia adalah asma binti Yazid bin As-Sakan yang ikut terjun dalam perang Yarmuk. Pada hari itu dia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi dengan menggunakan tiang tendanya. Setelah perang Yarmuk ia masih hidup dalam waktu yang cukup lama.  Asma keluar dari medan pertempuran dengan luka parah sebagaimana juga banyak dialami pasukan kaum muslimin. Akan tetapi, Allah berkehendak ia tetap hidup dalam waktu yang cukup lama.  Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Asma binti Yazidd bin As-Sakan dan memuliakan tempatnya di sisi-Nya atas berbagai Hadits yang diriwayatkannya dan atas segala pengorbanannya. Dia telah berbuat sesuatu agar dijadikannya contoh bagi wanita muslimah lainnya, yaitu kerelaan dan tekadnya yang kuat untuk membela dan mempertahankan agama Allah dan mengangkat panji Islam sampai agama Allah tegak di muka bumi.
Kabsyah bintu Rafi’ bin Muawiyah bin Ubaid bin Al-Abjar Al-Ansyariyah Al-Khudriyah
Ia termasuk salah seorang wanita yang memberikan kesaksian kebenaran bagi Rasulullah saw. Rasul turut menjanjikan imbalan kebaikan dan mendoakan barakah baginya. Ketika suasana  iman menggantikan kegelapan jahiliyyah dan mentari hidayah mulai terpancar di tanah Madinah, ia mencurahkan segala yang dimiliki dan menjadi ibu kepada dua orang anaknya yang gugur sebagai syuhada’; dua pahlawan Islam yang segar di dalam medan sejarah. Berbagai kitab sejarah  telah menyajikan peribadi mulia dan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh Kabsyah bintu Rafi’, seperti keberanian, kebaikan dan keprihatinan beliau kepada tetangga. Beliau juga memberikan contoh terbaik yang mencerminkan kedudukannya yang sangat istimewa di sisi Rasulullah saw.  Beliau terkenal karena keberanian dan kesabarannya dalam membela  Rasulullah. dan mendorong anak-anaknya untuk terjun ke medan jihad .Di dalam Perang Badar, beliau meniupkan semangat kepada kedua anak beliau, Saad bin Muadz dan Amru bin Muadz, agar  berjihad karena Allah dengan sebenar-benar jihad, sehingga keduanya mendapat cobaan yang berakhir dengan kabar kemenangan.
Di dalam Perang Uhud, Ummu Saad turut terlibat secara langsung bersama beberapa wanita Muslimah lainnya. Berita kekalahan tentara kaum Muslimin dan gugur syahidnya anak beliau, Amru bin Muadz sampai pada beliau. Namun, hal ini tidak menjadikan beliau patah arang, justru ia sangat mengkhawatirkan   keselamatan Rasulullah. Beliau lantas bersegera ke medan peperangan dan melihat dengan mata kepala sendiri keadaan dan keselamatan Rasulullah saw.  Saat itu juga, beliau memanjatkan puji dan syukur kepada Allah seraya berkata: ”Selagi aku melihat engkau dalam keadaan yang selamat, maka musibah ini (kematian Amru bin Muadz) adalah terasa sangat ringan
Di saat Perang Khandaq meletus, Rasulullah saw mengarahkan para wanita muslimat dan anak-anak yang turut serta untuk berlindung di dalam benteng Bani Haritsah. Turut bersama mereka ialah Aisyah Ummul Mukminin Radiallahu Anha dan Ummu Saad. Aisyah menuturkan bahawa Saad bin Muadz berlalu untuk menyertai pasukan perang dengan mengenakan baju besi yang pendek.  Beliau juga menyandang tombak yang dibanggakannya sambil melantunkan bait syair Hamal bin Sa’danah Al-Kalby: Teguhkan hatimu barang sejenak dalam gejolak medan laga; Jangan pedulikan kematian jika sudah tiba saatnya. Mendengar  perkataan anaknya, Ummu Saad lantas menasihatkan anaknya agar bersegera supaya tidak ketinggalan walau sesaatpun tanpa bersama-sama Rasulullah. Beliaulah yang tidak henti-henti menasihati dan meniupkan semangat jihad di dalam dada anak-anaknya. Beliau berkata:
”Wahai anakku, cepatlah berangkat karena demi Allah, engkau sudah terlambat!”
Di dalam peperangan tersebut, Saad terkena anak panah lemparan Hibban Al-Urqah yang memutuskan urat di dekat mata kakinya. Saat itu, Saad sempat berdoa kepada Allah dengan doanya yang sangat masyur,  ”Ya Allah, jika Engkau masih menyisakan peperangan melawan Quraisy, maka berikanlah aku sisa umur untuk aku menyertainya. Tidak ada kaum yang lebih aku sukai untuk memeranginya kerana Engkau, selain dari kaum yang telah menyakiti Nabi-Mu, mendustakannya dan mengusirnya. Ya Allah, jika Engkau menjadikan peperangan antara kami dengan mereka, maka jadikanlah mati syahid bagiku dan janganlah Engkau uji aku sehingga aku merasakan senang kerana dapat mengalahkan bani Quraizhah
Tenyata Allah mengabulkan doa Saad bin Muadz.

Sekali lagi, Ummu Saad diuji dengan kehilangan anak beliau. Sungguh kesabaran dan kekuatannya menerima ujian merupakan teladan yang sangat baik. Jasad Saad diusung dan dikebumikan di Baqi’. Kesedihan Ummu Saad  terpancar jelas di wajahnya. Lalu Rasulullah  menghibur beliau dengan bersabda,
” Adakah air matamu tidak dapat dibendung dan apakah kesedihanmu tidak dapat dihilangkan? Sesungguhnya anakmu adalah orang pertama, Allah tersenyum kepadanya dan Arasy bergoncang karena kematiannya“. Hatinya lantas gembira dengan doa yang dipanjatkan Rasulullah. Ia hanya mengharapkan pahala kebaikan di sisi Allah dan RasulNya di atas kematian kedua anaknya  syuhada’.  Beliau mendahulukan kecintaan kepada Allah dan RasulNya di atas segala sesuatu yang di mata manusia lainnya sangat berharga, termasuk harta dan anak-anak.   Beliau layak mendapatkan kabar gembira dari Allah dan RasulNya sebagai penghuni syurga. Sabda Rasulullah :  ” Wahai Ummu Saad, terimalah khabar gembira dan sampaikanlah khabar gembira kepada keluarga mereka, bahawa orang-orang yang terbunuh di antara mereka saling berteman di dalam syurga, semuanya dan mereka diberi syafaat untuk keluarganya

Memang benar, bahwa fakta saat ini sulit untuk menentukan sosok figur shahabiyah dan keteladanannya, sesulit mencari permata ditengah-tengah hamparan pasir. Namun, bukan berarti fakta ini dijadikan permakluman untuk membenarkan fakta yang salah. Yang salah akan tetap salah, dan yang haq akan selamanya haq, tidak akan kemudian tertukar. Buktinya, kita tidak pernah menyalahkan segala kebaikan yang dilakukan oleh para shahabiyah tadi, justru sebaliknya, kita senantiasa mengenang dan mengaguminya, bahkan tertarik untuk menteladaninya, walaupun bukan suatu hal mudah bagi kebanyakan kaum wanita yang hidup pada masa sekarang ini.
Munculnya shahabiyah-shahabiyah yang menjadi figur wanita yang mengagumkan tadi bukanlah suatu kebetulan, bukan karena sarana kebutuhan yang masih sederhana, bukan pula karena kebutuhan mereka berbeda dengan kaum wanita saat ini, melainkan karenadilandasi oleh suatu pemahaman Islam ideologis yang tegak di atas keyakinan yang kokoh, yakni aqidah Islamiyah. Mereka sangat menyadari bahwa konsekuensi dari pemelukan aqidah islamiyah adalah terikat dengan semua aturan-aturan yang terpancar dari aqidah tersebut, mereka belajar untuk memahami aturan-aturan Islam, tidak memilih sebagian aturan saja dan mencampakkan sebagian aturan yang lain. Mereka belum merasa sebagai orang yang memeluk aqidah Islam, kalau mereka tidak siap untuk menanggung resiko keterikatannya dengan hukum Allah, sekalipun mereka harus mengorbankan harta tertingginya, yaitu nyawa. Mereka lebih mencintai Allah dan Rasulnya dibandingkan dengan keluarganya, bukan karena suatu tradisi yang kebetulan pada saat itu, tapi dilandasi oleh suatu pemahaman bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya  adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim dan muslimah. Ummu Sulaim tidak akan mampu menghadapi kemarahan suaminya ‘Malik’ karena keislaman dirinya dan anaknya ‘Anas’, kalau Ummu Sulaim tidak meyakini secara kuat akan aqidah Islam dan menyadari bahwa mendidik anak dengan Islam adalah kewajibannya. Ummu Sulaim tidak tertarik dengan limpahan kekayaan Abu Thalhah sebelum masuk Islam, bukan karena beliau anti kekayaan. Tapi, lebih didasari oleh suatu pemahaman bahwa seorang muslimah diharamkan untuk dinikahi oleh seorang laki-laki kafir, dan beliau sangat menyadari bahwa kekayaan bukanlah segala-galanya. Begitu pula halnya dengan Kabsyah, beliau tidak mungkin bisa mendorong anak-anaknyanya, Saad dan Amru bin Muadz untuk tetap berada di medan perang, kalau ia tidak memahami bahwa aktifitas jihad adalah suatu kewajiban setiap muslim, mundur dari medan perang adalah haram, dan syahid adalah sebaik-baiknya pahala.  Demikian pula ketika mereka ikut bersama-sama barisan Rasulullah dan para shahabat di medan pertempuran, baik di garis belakang dengan menyediakan air dan makanan, merawat yang terluka ataupun menyemangati  kaum lelaki yang perperang,  beberapa di antara mereka pun megirim makanan ke medan pertempuran bahkan ikut berhadapan dengan musuh bersama Rasulullah dan  sahabatnya, seluruhnya dilakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Allah dan RasulNya.
Salah satu teladan penting lainnya yang dapat kita ambil dari mereka adalah, kemampuan mereka mensinergiskan keseluruhan peran dan fungsi yang telah Allah bebankan atas mereka, baik dia sebagai seorang hamba Allah, sebagai istri dan ibu, maupun sebagai anggota masyarakat. Seluruh kewajiban yang terkait dengan peran-peran dan fungsi itu mampu mereka tunaikan tanpa mengabaikan yang satu dari yang lainnya.  Kesibukan dan beratnya beban mereka dalam mengurus kehidupan rumahtangganya tidak lantas membuat mereka abai terhadap tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah, dan terlebih-lebih lagi sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggungjawab besar untuk bersama-sama kaum Muslimin yang lain membangun kehidupan yang mulia. Demikian pula sebaliknya, kepeduliannya yang besar terhadap persoalan-persoalan masyarakat, yang terwujud dalam keterlibatannya dalam aktivitas politik, tidak lantas pula membuat mereka lalai terhadap kewajibannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.  Semua, mereka lakukan dengan kesadaran penuh bahwa pelaksanaan atas seluruh peran-peran dan fungsi itu, adalah dalam rangka melaksanakan  kewajiban yang telah Allah bebankan kepada mereka yang suatu saat akan mereka pertanggungjawabkan di akhirat kelak.  Wallahu a’lam bishshawwab.
(disarikan dari berbagai sumber).

Rabu, 13 Februari 2013

Ummu syuhada' Al-Khansa' bin Amr, teladan sepanjang zaman


Ada pepatah yang tak asing di telinga kita: Di belakang tokoh mulia, pasti ada wanita mulia. Al-Khansa’ bin Amr, sosok wanita mulia itu, adalah salah satunya. Shahabiyah (sahabat wanita Rasulullah saw.) ini sukses mengantarkan keempat putranya menjadi mujahid sejati, hingga mereka meraih kedudukan paling mulia: menjadi syuhada.
Al-Khansa’ adalah penyair wanita pertama dan utama. Ia penyair dua zaman: zaman Jahiliah dan zaman Islam. Para sejarahwan sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal wanita yang lebih jago bersyair daripada al-Khansa’, sebelum maupun sepeninggal dirinya.
Tatkala mendengar dakwah Islam, al-Khansa’ datang bersama kaumnya, Bani Sulaim,menghadap Rasulullah saw. dan menyatakan keislaman mereka.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa al-Khansa’ dan keempat putranya ikut serta dalam Perang al-Qadisiyyah. Menjelang malam pertama mereka di al-Qadisiyyah, al-Khansa’ berwasiat kepada putra-putranya:
Anakku, kalian telah masuk Islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah Yang tiada tuhan yang haq selain Dia. Kalian adalah putra dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putra dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan paman kalian, juga nenek moyang kalian dan tak pernah menyamarkan nasab kalian.
Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah, negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik daripada dunia yang fana ini. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung (TQS Ali Imran [2]: 200).
Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuh kalian dari Ilahi.
Jika pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, dan habisi pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk. Mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan..
Terdorong oleh nasihat ibunya, esoknya keempat putranya maju ke medan perang dan tampil dengan gagah berani. Mereka bangkit demi mewujudkan impian sang ibunda. Tatkala fajar menyingsing, majulah keempat putranya menuju kamp-kamp musuh. Sesaat kemudian, dengan pedang terhunus, anak pertama memulai serangannya sambil bersyair: Saudaraku, ingatlah pesan ibumu/tatkala di waktu malam menasihatimu/Nasihatnya sungguh jelas dan tegas: majulah dengan geram dan wajah muram/ Yang kalian hadapi hanyalah anjing-anjing Sasan/yang mengaum geram/Mereka telah yakin akan kehancurannya/maka pilihlah kehidupan tenteram/atau kematian penuh keberuntungan.
Ibarat anak panah, anak pertama melesat ke tengah-tengah musuh dan berperang mati-matian hingga akhirnya gugur sebagai syuhada.
Berikutnya, giliran anak kedua maju menyerang sembari melantunkan syair: Ibunda, wanita hebat dan tabah/pendapatnya sungguh tepat dan penuh hikmah/Ia perintah kita dengan cahaya/sebagai nasihat tulus bagi putranya/Majulah tanpa pusingkan jumlah mereka/dan raihlah kemenangan nyata/atau kematian mulia di Surga Firdaus yang kekal selamanya.
Kemudian ia bertempur hingga titik darah penghabisan, menyusul saudaranya ke alam baka, menjadi syuhada.
Selanjutnya anak ketiga ambil bagian. Ia maju mengikuti jejak saudaranya, seraya bersyair:Demi Allah, takkan kudurhakai perintah ibunda/perintah yang sarat kasih dan cinta/Sebagai bakti nan tulus dan kejujuran/majulah dengan gagah ke medan perang/hingga pasukan Kisra tunggang-langgang/atau biarkan mereka terang/bagaimana cara berjuang/Jangan mundur karena itu tanda pecundang/raihlah kemenangan meski maut menghadang.
Kemudian ia terus bertempur hingga terbunuh sebagai syuhada.
Tibalah giliran anak terakhir yang menyerang. Ia maju seraya melantunkan syair: Aku bukanlah anak al-Khansa’ maupun Akhram/tidak juga Amr atau leluhur mulia/Jika tak menghalau pasukan Ajam/melawan bahaya dan menyibak barisan tentara/Demi kemenangan yang menanti dan kejayaan/ataukah kematian di jalan yang lebih mulia.
Ia lalu bertempur habis-habisan. Akhirnya, ia pun gugur, juga sebagai syuhada.
Tatkala mendengar keempat putranya gugur sebagai syudaha, al-Khansa’ malah dengan tenang berkata, “Segala pujian milik Allah Yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka. Aku berharap kepada Allah agar Dia mengumpulkan aku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.” (Lihat: Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashhab, II/90-91. Lihat juga: Nisa’ Hawl ar-Rasul).
*****
Tentu, lahirnya para mujahid dan para syuhada tak mungkin tiba-tiba. Mereka tercipta melalui proses pendidikan serta pembinaan yang amat panjang, yang penuh dengan kesungguhan dan pengorbanan. Tak lupa, mereka juga adalah produk dari sebuah keteladanan. Al-Khansa’ adalah seorang mujahidah. Wajar jika dari rahimnya lahir pula para mujahid. Wajar pula jika seorang ulama (seperti Imam Syafii) lahir dari ibunda yang juga ulama. Juga wajar jika seorang pengemban dakwah dan pejuang Islam sejati lahir dari ibunda yang sama: ibunda pengemban dakwah dan pejuang Islam sejati. Sudahkah sosok itu ada dalam diri para orangtua, khususnya para ibunda? Jika belum, mungkinkah akan lahir generasi pengemban dakwah dan pejuang Islam sejati; atau akan lahir generasi para ulama besar seperti Imam Syafii; atau akan lahir generasi para syuhada, sebagaimana halnya putra-putra al-Khansa’?
Semoga kita sebagai orangtua, khususnya para ibunda, bisa seperti al-Khansa’: menjadiummu syuhada’ (ibunda para syuhada). Amin.
Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb[]

Selasa, 12 Februari 2013

Valentine’s day dan ancaman liberalisasi budaya (part 1)

Nurus Sa'adah
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
Koordinator Forum Aktivis Kampus untuk Peradaban (FORKADA)
Surabaya


Aktivis dakwah kampus tentu mengetahui jelas hukum merayakan Valentine day yang jelas-jelas diharamkan karena tidak berasal dari Islam dan tasyabbuh bil kuffar (menyerupai kaum kafir). Dan banyak pula yang mengetahui bahwa valentine day kerap dirayakan dengan aktivitas seks bebas oleh generasi muda sebagai aktivitas ritual. Dan yang lebih mencengangkan lagi perilaku seks bebas tidak hanya marak saat valentine day maupun malam tahun baru saja, namun setiap saat!  
Kondisi gawat darurat yang mengancam generasi muda muslim dan negara ini khususnya harus segera disikapi untuk dihentikan. Tentu upaya penghentian ini tidak hanya berhenti pada langkah praktis namun juga langkah solutif yang sampai menyentuh akar masalah. Tulisan ini menyoroti kondisi genting upaya perusakan generasi muda (muslim) yang sangat sistematis, menelusuri akar masalah, dan solusi tuntas apa yang harusnya diambil oleh setiap aktivis dakwah.

Kehebohan dalam rangka "Hari Kasih Sayang" (Valentine’s Day) begitu terasa selama sepekan ini. Kehebohan itu sekarang bukan hanya melanda ABG, tetapi juga melanda orang-orang dewasa. Kehebohan itu menghiasai halaman-halaman media massa dari media cetak hingga televisi. Mall dan pusat perbelanjaan sampai toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu.
Kehebohan ini dibungkus dengan sebutan yang indah, "Hari Kasih Sayang", yang mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini sarat dengan kampanye seks bebas. Kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan yang dipesan dan didatangi oleh pasangan muda-mudi dan pria-wanita dewasa. Omset penjualan kondom yang melonjak juga menandakan bahwa kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini tidak jauh dari aktifitas seks bebas.  Seperti yang diungkapkan Jody (bukan nama sebenranya) salah satu pembeli kondom merk terkenal mengatakan alat kontrasepsi tersebut dipakai untuk pesta. “Kan malam valentine,” katanya. “Biar aman,” tambah pemuda yang termakan kampanye menyesatkan safe sex (seks aman, baca : berzina jadi lebih leluasa karena merasa aman dari kehamilan dan tertular HIV/AIDS). (al-wa’ie no.138 tahun XII februari 2012)

Kampanye Seks Bebas dan Budaya Liberal
"Hari Kasih Sayang" yang diperingati setiap bulan Februari hanyalah salah satu sarana sekaligus momentum kampenye seks bebas, khususnya di kalangan generasi muda. Bulan Desember lalu, Hari AIDS se-Dunia juga dijadikan momentum yang sama.
Kampanye sekaligus praktik seks bebas sebetulnya sudah lama berlangsung dan dilakukan secara luas. Hal itu bisa dilihat dari beberapa data hasil penelitian. Misalnya Survey yang dilakukan oleh yayasan afiliasi dari DKT Internasional yang berkantor di Washington, Amerika Serikat terhadap remaja dan kaum muda berusia 15-25 tahun di 5 kota besar di Indonesia yaitu jabodetabek, bandung, yogyarakrta, Surabaya dan bali menyebutkan bahwa 39% responden ABG usia 15-19 tahun pernah berhubungan seksual dan 61% lainnya berusia di antara 20-25 tahun. Selain itu pecandu pornografi pun semakin meningkat dan menyerang semua usia mulai anak-anak hingga dewasa. Riset Yaysan Kita dan Buah Hati (2010) menemukan sebanyak 83,7% anak SD kelas IV dan V sudah kecanduan pornografi yang memang sangat mudah di dapat dari komputer, internet, telepon seluler, video game, acara-acara sinetron dan infotainment di televisi yang banyak berisi pendidikan pacaran dan perzinaan, dan lain-lain. padahal jelas bahwa dampak film porno sangat adiktif dan mengganggu tumbuh kembang anak. Dampak berikutnya dari maraknya seks bebas adalah meningkatnya jumlah kasus kehamilan di luar nikah yang memicu masalah lain yaitu aborsi. Dan sangat mencengangkan data yang dimiliki oleh Komisi Perlindungan Anak (KPA) tahun 2011 menyebutkan bahwa 62,6% aborsi dilakukan oleh anak di bawah umur 18 tahun.
Tak heran jika pada faktanya seks bebas kita didapati sangat marak dilakukan remaja bahkan siswa SD di berbagai kota di berbagai penjuru negeri ini. Masih kita ingat berita tentang ABG yang setiap hari melakukan free sex dengan pasangannya di kamar mandi dan hanya berhenti ketika mengalami menstruasi, siswa SMP di Yogyakarta yang pesta seks di ruang kelas dan di tempat lain sekelompok siswa SD melakukannya dengan sesama jenis. Tak ayal, inilah potret generasi penerus negeri. Lebih banyak diisi dengan perzinahan, pelacuran, kehamilan di luar pernikahan, aborsi, adiksi video porno, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS!
Perilaku seks bebas yang marak itu dipengaruhi oleh budaya liberal. Muncul dan menyebarnya budaya liberal di Tanah Air bukanlah proses yang berlangsung alami, tetapi merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang dijalankan secara sistematis dan terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak jauh-jauh dari rekayasa Barat. Budaya liberal atau budaya bebas itu bukanlah berasal dari ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini. Budaya itu lebih merupakan budaya Barat yang mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan (baca: dipaksakan) ke tengah-tengah masyarakat negeri ini. Jadi berkembangnya budaya liberal di Tanah Air itu tidak lepas dari konspirasi Barat.

Liberalisasi Budaya dan Motif Penjajahan
Fakta yang sangat memiriskan ini tentu harus segera dihentikan, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa ini. dan aktivis dakwah kampus sebagai salah satu elemen masyarakat sebagai bagian dari kaum intelektual tentu tidak akan menyelesaikan permasalahan secara pragmatis. Melakukan langkah riil yang bisa dilakukan saat ini untuk mencegah derasnya arus liberalisasi budaya sembari tidak melupakan akar masalahnya untuk segera dicabut sehingga dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Butuh penganalisaan mendalam untuk menemukan akar masalah yang dilandasi dengan kacamata keimanan sebagai seorang muslim.
 Konspirasi liberalisasi budaya oleh Barat terhadap negeri Muslim tidak lepas dari motif penjajahan. Dengan liberalisasi budaya itu masyarakat di negeri-negeri Muslim, termasuk masyarakat negeri ini, akan kehilangan identitas lalu memakai baju Barat atau bahkan mengekor identitas Barat tanpa lagi mempertimbangkan halal atau haram. Barat hanya menginginkan masyarakat, khususnya generasi muda, berpenampilan Barat, tetapi kosong dari produktivitas, daya inovasi dan kemajuan sains dan teknologi seperti halnya Barat. Dengan begitu masyarakat negeri ini hanya akan menjadi pengekor Barat. Akhirnya, penjajahan dan penghisapan oleh Barat pun tidak akan dipermasalahkan karena Barat dijadikan panutan. Dengan mengadopsi gaya hidup Barat, masyarakat negeri ini pun akan menjadi pasar besar bagi produk-produk Barat.
Konspirasi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun benar-benar nyata adanya. Secara i’tiqadi, al-Quran telah menginformasikan bahwa orang-orang kafir secara keseluruhan akan terus memerangi umat islam, baik secara fisik maupun pemikiran, agar umat Islam keluar dari Islam (QS 2: 217). Al-Quran juga mengformasikan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada umat ini hingga umat ini mengikuti millah (sistem dan cara hidup) mereka (QS 2: 120).
Secara faktual konspirasi liberalisasi budaya itu bisa dirasakan. Konspirasi itu setidaknya dijalankan melalui: Pertama, pada tingkat falsafah dan pemikiran dilakukan dengan menanamkan paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme. Sejatinya budaya bebas itu berpangkal dari ketiga paham tersebut. Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan. Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual saja. Sekularisme ‘mengharamkan’ agama ikut andil dalam mengatur kehidupan. Sekularisme mengajaran bahwa manusia bebas mengatur hidupnya tanpa campur tangan Tuhan.
Inilah inti dari paham liberalisme, yakni paham yang menanamkan keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham liberalisme ini mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama maupun dalam kepemilikan.
Adapun paham hedonisme mengajarkan manusia untuk mengejar kenikmatan materi dan jasadi serta melakukan apa saja yang bisa mendatangkan kenikmatan itu, termasuk kesenangan yang lahir dari hubungan seks. Paham ini tercermin dalam slogan fun (kesenangan), food (makanan/pesta) dan fashion (busana). Dengan paham ini manusia didorong untuk mengejar kenikmatan dengan jalan bersenang-senang, termasuk di dalamnya bersenang-senang dengan melakukan seks bebas, berpesta demi mendapatkan kenikmatan dari lezatnya makanan dan bisa merasa senang dengan jalan selalu tampil gaya dan modis. Paham hedonisme itu mengajarkan, agar manusia bisa mendapatkan kenikmatan itu, manusia harus dibebaskan untuk meraih dan mengeskpresikannya serta tidak boleh dikekang.
Kedua, liberalisasi budaya itu dikemas dalam berbagai program secara internasional yang dikawal oleh PBB dan lembaga-lembaga internasional yang selanjutnya semua itu dijalankan melalui serangkaian aksi dan program secara nasional baik oleh LSM-LSM maupun oleh pemerintah sendiri. Misal, program kampanye dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang sejatinya mengkampanyekan seks bebas asal aman (safe sex) dengan program kondomisasi; dan program harm reduction dalam bentuk substitusi dan pembagian jarum suntik steril; dan yang lainnya. Program-program itu dikemas dalam berbagai bentuk baik seminar, talkshow, pelatihan, pembentukan buzz group, konsultasi, pendampingan, dsb; menggunakan berbagai sarana; serta melibatkan mulai kalangan birokrat hingga remaja dan kampanye melalui berbagai media massa.
Adapun paham hedonisme ditanamkan melalui media massa cetak, radio dan televisi melalui program-program yang lebih bernuansa pesta, musik, fesyen dan hiburan. Dalam semua itu terlihat secara kasatmata bahwa banyak sekali program yang merupakan kopian dari program-program yang sama di Barat.
Dari kedua fakta ini sudah terlihat secara jelas dan gamblang bahwa upaya perusakan kaum muslimin ini benar-benar terjadi secara sistematis dan dikawal oleh sebuah kekuatan global, ideology kapitalisme yang berlandaskan pada akidah sekulerisme yang menafikkan peran sang khaliq dalam mengatur kehidupan.
 
Menyelamatkan Umat dari Liberalilasi Budaya
Liberalisasai budaya yang sudah berjalan secara luas itu telah banyak menelan korban; di antaranya puluhan ribu orang terkena HIV/AIDS, jutaan kehamilan diaborsi, jutaan pecandu narkoba, rusaknya keharmonisan jutaan keluarga, ribuan anak-anak terlantar, ekspolitasi perempuan, kejahatan seksual, dan sebagainya.
Budaya liberal itu hanyalah buah dari diterapkannya sistem sekular dengan sistem Kapitalismenya yang mengagungkan ide kebebasan (liberalisme). Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut ideologi dan sistem sekular seperti saat ini yang telah menumbuhkan budaya liberal dan nyata-nyata menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan dan kerusakan atas umat manusia.
Sebagai gantinya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyelamatkan umat serta mengembalikan menjadi umat luhur, sudah saatnya kita kembali pada tatanan kehidupan yang didasarkan pada syariah Islam. Sebab, hanya Islamlah dengan serangkaian sistemnya yang merupakan satu-satunya solusi bagi seluruh problem dan persoalan hidup manusia. Allah SWT berfirman: “Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maidah [5]: 50).
              Maka, bagi aktivis dakwah disamping melakukan langkah-langkah praktis untuk mengedukasi umat dengan mengadakan seminar-seminar parenting untuk membentuk ketahanan keluarga atau mendorong kaum muslimah untuk gemar menutup aurat, hendaknya pula melakukan tastqif (pembinaan) kepada umat dengan menyampaikan Islam secara utuh sebagai sebuah pandangan hidup yang tidak hanya mengatur ibadah ritual namun mencakup seluruh aspek kehidupan dan menawarkan solusi islam dalam memecahkan semua persoalan. Pemikiran harus dilawan dengan pemikiran pula. Pemikiran kufur yang sedang massif ditanamkan kepada kaum muslimin harus segera dicabut dan diganti dengan pemikiran islam yang sesuai fitrah manusia dan menentramkan hati.
                “jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf : 96)
                Lantas,  bagaimana  solusi  Islam  dalam  melibas  tuntas  budaya  seks  bebas  dan ancaman liberalisasi ini? bersambung… []