Nurus Sa'adah
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
Koordinator Forum Aktivis Kampus untuk Peradaban (FORKADA)
Surabaya
Aktivis dakwah kampus tentu mengetahui jelas hukum
merayakan Valentine day yang jelas-jelas diharamkan karena tidak berasal dari
Islam dan tasyabbuh bil kuffar (menyerupai kaum kafir). Dan banyak pula yang mengetahui
bahwa valentine day kerap dirayakan dengan aktivitas seks bebas oleh generasi
muda sebagai aktivitas ritual. Dan yang lebih mencengangkan lagi perilaku seks
bebas tidak hanya marak saat valentine day maupun malam tahun baru saja, namun setiap saat!
Kondisi gawat darurat yang mengancam generasi muda muslim dan negara ini
khususnya harus segera disikapi untuk dihentikan. Tentu upaya penghentian ini
tidak hanya berhenti pada langkah praktis namun juga langkah solutif yang
sampai menyentuh akar masalah. Tulisan ini menyoroti kondisi genting upaya
perusakan generasi muda (muslim) yang sangat sistematis, menelusuri akar
masalah, dan solusi tuntas apa yang harusnya diambil oleh setiap aktivis
dakwah.
Kehebohan
dalam rangka "Hari Kasih Sayang" (Valentine’s Day) begitu terasa
selama sepekan ini. Kehebohan itu sekarang bukan hanya melanda ABG, tetapi juga
melanda orang-orang dewasa. Kehebohan itu menghiasai halaman-halaman media
massa dari media cetak hingga televisi. Mall dan pusat perbelanjaan sampai
toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu.
Kehebohan
ini dibungkus dengan sebutan yang indah, "Hari Kasih Sayang", yang
mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada
orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini
sarat dengan kampanye seks bebas. Kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini
seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya
penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan yang dipesan dan
didatangi oleh pasangan muda-mudi dan pria-wanita dewasa. Omset penjualan
kondom yang melonjak juga menandakan bahwa kehebohan "Hari Kasih
Sayang" ini tidak jauh dari aktifitas seks bebas. Seperti yang diungkapkan Jody
(bukan nama sebenranya) salah satu pembeli kondom merk terkenal mengatakan alat
kontrasepsi tersebut dipakai untuk pesta. “Kan
malam valentine,” katanya. “Biar aman,” tambah pemuda yang termakan
kampanye menyesatkan safe sex (seks
aman, baca : berzina jadi lebih leluasa karena merasa aman dari kehamilan dan tertular
HIV/AIDS). (al-wa’ie no.138 tahun XII februari 2012)
Kampanye Seks Bebas dan Budaya Liberal
"Hari
Kasih Sayang" yang diperingati setiap bulan Februari hanyalah salah satu
sarana sekaligus momentum kampenye seks bebas, khususnya di kalangan generasi
muda. Bulan Desember lalu, Hari AIDS se-Dunia juga dijadikan momentum yang
sama.
Kampanye
sekaligus praktik seks bebas sebetulnya sudah lama berlangsung dan dilakukan
secara luas. Hal itu bisa dilihat dari beberapa data hasil penelitian. Misalnya
Survey yang dilakukan oleh yayasan afiliasi dari DKT Internasional yang
berkantor di Washington, Amerika Serikat terhadap remaja dan kaum muda berusia
15-25 tahun di 5 kota besar di Indonesia yaitu jabodetabek, bandung,
yogyarakrta, Surabaya dan bali menyebutkan bahwa 39% responden ABG usia 15-19
tahun pernah berhubungan seksual dan 61% lainnya berusia di antara 20-25
tahun. Selain itu pecandu pornografi pun semakin meningkat dan menyerang
semua usia mulai anak-anak hingga dewasa. Riset Yaysan Kita dan Buah Hati (2010)
menemukan sebanyak 83,7% anak SD kelas IV dan V sudah kecanduan
pornografi yang memang sangat mudah di dapat dari komputer, internet, telepon
seluler, video game, acara-acara sinetron dan infotainment di televisi yang
banyak berisi pendidikan pacaran dan perzinaan, dan lain-lain. padahal jelas
bahwa dampak film porno sangat adiktif dan mengganggu tumbuh kembang anak. Dampak
berikutnya dari maraknya seks bebas adalah meningkatnya jumlah kasus kehamilan
di luar nikah yang memicu masalah lain yaitu aborsi. Dan sangat mencengangkan
data yang dimiliki oleh Komisi Perlindungan Anak (KPA) tahun 2011 menyebutkan
bahwa 62,6% aborsi dilakukan oleh anak di bawah umur 18 tahun.
Tak heran jika pada faktanya seks bebas kita didapati sangat marak dilakukan remaja bahkan siswa
SD di berbagai kota di berbagai penjuru negeri ini. Masih kita ingat berita
tentang ABG yang setiap hari melakukan free sex dengan pasangannya di kamar
mandi dan hanya berhenti ketika mengalami menstruasi, siswa SMP di Yogyakarta
yang pesta seks di ruang kelas dan di tempat lain sekelompok siswa SD
melakukannya dengan sesama jenis. Tak ayal, inilah potret generasi penerus
negeri. Lebih banyak diisi dengan perzinahan, pelacuran, kehamilan di luar
pernikahan, aborsi, adiksi video porno, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS!
Perilaku seks bebas yang marak itu dipengaruhi oleh budaya liberal.
Muncul dan menyebarnya budaya liberal di Tanah Air bukanlah proses yang
berlangsung alami, tetapi merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang
dijalankan secara sistematis dan terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak
jauh-jauh dari rekayasa Barat. Budaya liberal atau budaya bebas itu bukanlah
berasal dari ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini. Budaya itu
lebih merupakan budaya Barat yang mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan
(baca: dipaksakan) ke tengah-tengah masyarakat negeri ini. Jadi berkembangnya
budaya liberal di Tanah Air itu tidak lepas dari konspirasi Barat.
Liberalisasi Budaya dan Motif Penjajahan
Fakta yang sangat memiriskan ini tentu harus segera dihentikan, karena
generasi muda adalah generasi penerus bangsa ini. dan aktivis dakwah kampus
sebagai salah satu elemen masyarakat sebagai bagian dari kaum intelektual tentu
tidak akan menyelesaikan permasalahan secara pragmatis. Melakukan langkah riil
yang bisa dilakukan saat ini untuk mencegah derasnya arus liberalisasi budaya
sembari tidak melupakan akar masalahnya untuk segera dicabut sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Butuh penganalisaan mendalam untuk
menemukan akar masalah yang dilandasi dengan kacamata keimanan sebagai seorang
muslim.
Konspirasi liberalisasi budaya
oleh Barat terhadap negeri Muslim tidak lepas dari motif penjajahan. Dengan
liberalisasi budaya itu masyarakat di negeri-negeri Muslim, termasuk masyarakat
negeri ini, akan kehilangan identitas lalu memakai baju Barat atau bahkan
mengekor identitas Barat tanpa lagi mempertimbangkan halal atau haram. Barat
hanya menginginkan masyarakat, khususnya generasi muda, berpenampilan Barat,
tetapi kosong dari produktivitas, daya inovasi dan kemajuan sains dan teknologi
seperti halnya Barat. Dengan begitu masyarakat negeri ini hanya akan menjadi
pengekor Barat. Akhirnya, penjajahan dan penghisapan oleh Barat pun tidak akan
dipermasalahkan karena Barat dijadikan panutan. Dengan mengadopsi gaya hidup
Barat, masyarakat negeri ini pun akan menjadi pasar besar bagi produk-produk
Barat.
Konspirasi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun benar-benar nyata
adanya. Secara i’tiqadi,
al-Quran telah menginformasikan bahwa orang-orang kafir secara keseluruhan akan
terus memerangi umat islam, baik secara fisik maupun pemikiran, agar umat Islam
keluar dari Islam (QS 2: 217). Al-Quran juga mengformasikan bahwa orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada umat ini hingga umat ini
mengikuti millah
(sistem dan cara hidup) mereka (QS 2: 120).
Secara faktual konspirasi liberalisasi budaya itu bisa dirasakan.
Konspirasi itu setidaknya dijalankan melalui: Pertama, pada tingkat
falsafah dan pemikiran dilakukan dengan menanamkan paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme. Sejatinya budaya bebas itu
berpangkal dari ketiga paham tersebut. Sekularisme adalah ide dasar yang
mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan. Sekularisme menuntun
manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual
saja. Sekularisme ‘mengharamkan’ agama ikut andil dalam mengatur kehidupan.
Sekularisme mengajaran bahwa manusia bebas mengatur hidupnya tanpa campur
tangan Tuhan.
Inilah inti dari paham liberalisme, yakni paham yang menanamkan
keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham liberalisme ini
mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama
maupun dalam kepemilikan.
Adapun paham hedonisme mengajarkan manusia untuk mengejar kenikmatan
materi dan jasadi serta melakukan apa saja yang bisa mendatangkan kenikmatan
itu, termasuk kesenangan yang lahir dari hubungan seks. Paham ini tercermin
dalam slogan fun
(kesenangan), food
(makanan/pesta) dan fashion (busana). Dengan paham ini manusia didorong untuk
mengejar kenikmatan dengan jalan bersenang-senang, termasuk di dalamnya
bersenang-senang dengan melakukan seks bebas, berpesta demi mendapatkan
kenikmatan dari lezatnya makanan dan bisa merasa senang dengan jalan selalu
tampil gaya dan modis. Paham hedonisme itu mengajarkan, agar manusia bisa
mendapatkan kenikmatan itu, manusia harus dibebaskan untuk meraih dan
mengeskpresikannya serta tidak boleh dikekang.
Kedua, liberalisasi budaya itu dikemas dalam
berbagai program secara internasional yang dikawal oleh PBB dan lembaga-lembaga
internasional yang selanjutnya semua itu dijalankan melalui serangkaian aksi
dan program secara nasional baik oleh LSM-LSM maupun oleh pemerintah sendiri.
Misal, program kampanye dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang
sejatinya mengkampanyekan seks bebas asal aman (safe sex) dengan program kondomisasi; dan program harm reduction
dalam bentuk substitusi dan pembagian jarum suntik steril; dan yang lainnya.
Program-program itu dikemas dalam berbagai bentuk baik seminar, talkshow,
pelatihan, pembentukan buzz group, konsultasi, pendampingan, dsb; menggunakan
berbagai sarana; serta melibatkan mulai kalangan birokrat hingga remaja dan
kampanye melalui berbagai media massa.
Adapun paham hedonisme ditanamkan melalui media massa cetak, radio dan
televisi melalui program-program yang lebih bernuansa pesta, musik, fesyen dan
hiburan. Dalam semua itu terlihat secara kasatmata bahwa banyak sekali program
yang merupakan kopian dari program-program yang sama di Barat.
Dari kedua fakta ini sudah terlihat secara
jelas dan gamblang bahwa upaya perusakan kaum muslimin ini benar-benar terjadi
secara sistematis dan dikawal oleh sebuah kekuatan global, ideology kapitalisme
yang berlandaskan pada akidah sekulerisme yang menafikkan peran sang khaliq
dalam mengatur kehidupan.
Menyelamatkan
Umat dari Liberalilasi Budaya
Liberalisasai budaya yang sudah berjalan secara luas itu telah banyak
menelan korban; di antaranya puluhan ribu orang terkena HIV/AIDS, jutaan
kehamilan diaborsi, jutaan pecandu narkoba, rusaknya keharmonisan jutaan
keluarga, ribuan anak-anak terlantar, ekspolitasi perempuan, kejahatan seksual,
dan sebagainya.
Budaya liberal itu hanyalah buah dari diterapkannya sistem sekular
dengan sistem Kapitalismenya yang mengagungkan ide kebebasan (liberalisme).
Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut ideologi dan sistem sekular
seperti saat ini yang telah menumbuhkan budaya liberal dan nyata-nyata
menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan dan kerusakan atas umat manusia.
Sebagai gantinya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyelamatkan umat
serta mengembalikan menjadi umat luhur, sudah saatnya kita kembali pada tatanan
kehidupan yang didasarkan pada syariah Islam. Sebab, hanya Islamlah dengan
serangkaian sistemnya yang merupakan satu-satunya solusi bagi seluruh problem
dan persoalan hidup manusia. Allah SWT berfirman: “Hukum Jahiliahkah yang mereka
kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang
yang yakin?” (QS al-Maidah [5]: 50).
Maka, bagi
aktivis dakwah disamping melakukan langkah-langkah praktis untuk mengedukasi
umat dengan mengadakan seminar-seminar parenting untuk membentuk ketahanan
keluarga atau mendorong kaum muslimah untuk gemar menutup aurat, hendaknya pula
melakukan tastqif (pembinaan) kepada umat dengan menyampaikan Islam secara utuh
sebagai sebuah pandangan hidup yang tidak hanya mengatur ibadah ritual namun
mencakup seluruh aspek kehidupan dan menawarkan solusi islam dalam memecahkan
semua persoalan. Pemikiran harus dilawan dengan pemikiran pula. Pemikiran kufur
yang sedang massif ditanamkan kepada kaum muslimin harus segera dicabut dan
diganti dengan pemikiran islam yang sesuai fitrah manusia dan menentramkan
hati.
“jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan dari bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf : 96)
Lantas, bagaimana solusi Islam
dalam melibas
tuntas budaya seks
bebas dan ancaman liberalisasi ini? bersambung… []
0 komentar:
Posting Komentar